ASME B31.1 Persyaratan Konsisten Untuk Perlakuan Panas Pasca Las

ASME B31.1 adalah seperangkat aturan yang sangat diperlukan yang dirancang untuk meningkatkan keamanan sistem perpipaan daya. Mengikuti perkembangan teknologi, standar ini memastikan sistem perpipaan dapat beroperasi di berbagai industri dengan aman.

Persyaratan PWHT kode B31.1 mengizinkan suhu yang mencapai suhu kritis yang lebih rendah untuk material 1 - 1/4 Cr Mo, yang sangat berisiko karena kerentanannya terhadap retak akibat pemanasan ulang.

1. Bahan

ASME B31.1 adalah standar industri untuk sistem perpipaan daya dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi di berbagai industri, menyediakan sistem perpipaan yang konsisten dan terstandarisasi. Namun, lingkungan operasinya berbeda secara signifikan dari sistem Process Piping.

Seperti yang terlihat pada Tabel 1, batas pengecualian B31.1 dari PWHT secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kode U.K. karena adanya variasi komposisi baja yang mempengaruhi ketangguhan frakturnya.

B31.1 dan persyaratan NBEP sering kali bertentangan dalam hal pengecualian ketebalan dari PWHT, meskipun kedua kode tersebut menggunakan penunjukan grup ASME P1. Pendekatan yang lebih konsisten akan membantu meringankan masalah tersebut.

Alternatif dari PWHT adalah menggunakan pemanasan awal las ketebalan, yang telah terbukti berhasil untuk sebagian besar baja karbon. Namun, tetap harus diingat bahwa metode ini mungkin tidak selalu memberikan hasil yang optimal jika hanya diterapkan pada area busur.

Sejumlah penelitian telah mengevaluasi keampuhan pemanasan awal dalam mengurangi risiko patah getas pada pengelasan. Sayangnya, sebagian besar studi yang dilakukan terbatas pada simulasi daripada uji lapangan yang sebenarnya dan hasilnya bergantung pada data ketangguhan patah yang digunakan.

2. Pengelasan

ASME B31.1 adalah standar yang mudah beradaptasi yang dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi di industri, memastikan sistem perpipaan tetap aman dan andal. Selain itu, kemampuannya beradaptasi memungkinkannya untuk memenuhi kebutuhan berbagai industri seperti minyak & gas atau pembangkit listrik.

Persyaratan PWHT dalam kode konstruksi menunjukkan kemampuan beradaptasi ini dengan sangat baik. Setiap aturan Kode bervariasi sesuai dengan ketebalan yang memerlukan perlakuan PWHT, sifat material yang memicu kebutuhannya, suhu penahanan selama durasi perlakuan, serta laju pemanasan dan pendinginan - yang semuanya memiliki pengaruh yang berdampak.

PWHT (Post Weld Heat Treatment) adalah langkah penting dalam proses desain perpipaan dan diwajibkan oleh banyak kode, mengurangi tekanan logam dari lapisan las sekaligus meningkatkan sifat material.

Amandemen terbaru pada ASME B31.3 Process Piping telah menghilangkan persyaratan PWHT untuk baja karbon yang sesuai dengan kelompok material P-No 1 untuk semua ketebalan kontrol, asalkan pemanasan awal digunakan dan pengelasan multi-lintasan digunakan untuk semua ketebalan las. Perubahan ini didasarkan pada analisis mekanika fraktur yang mendetail yang mengungkapkan bahwa pengelasan yang mendekati level luluh yang mengalami pembebanan siklik dapat menghasilkan level tegangan sisa mendekati level ambang batas luluh yang menyebabkan kegagalan getas; tingkat luluh pada tingkat luluh dapat menyebabkan tingkat tegangan sisa pengelasan tingkat luluh yang menyebabkan kegagalan di bawah beban tegangan yang terkait dengan pengelasan tingkat luluh dapat menyebabkan tingkat tegangan sisa pengelasan tingkat luluh yang terkait dengan pengelasan tingkat luluh yang mendekati luluh mendekati luluh dapat menyebabkan kegagalan akibat tingkat tegangan sisa pengelasan tingkat luluh yang disebabkan oleh pengelasan tingkat luluh yang mendekati luluh pengelasan tingkat luluh yang mendekati luluh yang menyebabkan pengelasan tingkat luluh yang mendekati luluh dalam kondisi pembebanan tegangan seperti yang dialami ketika mengalami kondisi beban siklik. Perubahan ini diperkenalkan karena menunjukkan bagaimana tegangan sisa yang terkait dengan pengelasan mendekati tingkat luluh dapat menyebabkan kegagalan yang biasanya terjadi. Perubahan ini diperkenalkan melalui analisis mekanika fraktur terperinci yang menunjukkan jenis pengelasan ini pengelasan mendekati tingkat luluh yang mengalami pengelasan mendekati tingkat luluh pengelasan mendekati tingkat luluh yang mengalami kondisi beban siklik yang menyebabkan pengelasan mendekati tingkat luluh dapat menghasilkan kegagalan getas karena pengelasan mendekati tingkat luluh dapat menyebabkan kegagalan kondisi beban siklik yang pada akhirnya menyebabkan siklus beban siklik mengalami pembebanan kondisi yang mirip dengan pengelasan mendekati tingkat luluh dapat menjadi berbahaya dengan pengelasan mendekati tingkat luluh dapat dibebani secara siklik untuk menyebabkan kegagalan getas yang diakibatkan oleh pengelasan mendekati tingkat luluh yang mengalami kondisi yang dibebani secara siklik karena kondisi yang dibebani secara siklik saat mengalami pengelasan mendekati tingkat luluh dengan pengelasan mendekati tingkat luluh yang mengalami pembebanan kegagalan getas dalam kondisi tegangan daripada yang seharusnya di bawah tingkat tegangan normal mendekati tingkat luluhlas mendekati tingkat luluh mengalami kondisi tegangan yang menyebabkan kegagalan karena kondisi beban fatik karena tegangan sisa yang menyebabkan luluh atau las mendekati tingkat luluh mengalami kondisi kondisi yang dapat menyebabkan tingkat luluh mendekati tingkat luluh menyebabkan las mendekati tingkat luluh di bawah kondisi daripada las mendekati tingkat luluh di bawah kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan getas karena beban siklik kondisi akibat yang mengakibatkan pengelasan yang dibebani secara siklikal mengalami kondisi yang dibebani secara siklikal mengalami kondisi yang dibebani secara siklikal mengalami kondisi yang dibebani secara siklikal mengalami kondisi yang dibebani hingga mencapai tingkat luluh yang menyebabkan pengelasan tingkat luluh yang akan mengalami tegangan yang menyebabkan pengelasan tingkat luluh yang akan mengalami tegangan yang menyebabkan pengelasan tingkat luluh yang akan menyebabkan kegagalan getas yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan yang lebih parah, yang menyebabkan pengelasan level luluh dapat menjadi lebih dari pengelasan level luluh-yi atau lebih cepat terpapar pada kondisi beban siklus level luluh yang mendekati level luluh dapat menjembatani hingga mendekati-y saat terpapar.

3. Pengujian

Karena berbagai bagian Kode memberlakukan persyaratan PWHT yang berbeda untuk baja karbon, maka ada persyaratan yang tidak konsisten mengenai perlakuan panas pasca las (post weld heat treatment/PWHT). Kadang-kadang hal ini mencerminkan praktik-praktik teknik yang dikembangkan dari waktu ke waktu karena pengalaman aplikasi; di lain waktu, hal ini dapat disebabkan oleh interpretasi yang berbeda dari data teknis.

Sebelum tahun 2014, B31.1 dan B31.3 mewajibkan semua pengelasan baja karbon dengan ketebalan kontrol lebih besar dari 0,75 inci untuk menggunakan perlakuan panas pengelasan plasma (PWHT). Namun, sejak pembaruan kode-kode ini pada tahun 2014 mengizinkan pembebasan dari PWHT wajib untuk material P-No 1 ketika pengelasan multi-lintasan dengan pemanasan awal las pada suhu 95 derajat Celcius digunakan sebelum pengelasan pada ketebalan material nominal >25mm (1 inci). Lebih lanjut, RRAC merekomendasikan untuk menurunkan persyaratan suhu PWHT untuk material P No. 4 agar sesuai dengan bagian Kode lainnya.

Pengujian mekanika fraktur yang dilakukan oleh EPRI dan yang lainnya telah dengan jelas menggambarkan bahwa suhu PWHT 1100 derajat F atau lebih rendah terlalu rendah, karena akan secara signifikan menurunkan kekerasan dan kekuatan impak spesimen logam dasar yang telah dipadamkan dalam hitungan menit.

Tim RRAC sedang menjajaki perubahan pada B31.1 yang akan mengurangi suhu PWHT yang diperlukan untuk baja karbon, sekaligus memberikan pendekatan alternatif melalui teknik temper bead atau half bead yang diizinkan oleh kode yang berorientasi pada perbaikan. Mereka juga akan berusaha untuk mengembangkan kurva desain dengan menggunakan metode mekanika patah yang canggih.

4. Inspeksi

PWHT (Post Weld Heat Treatment) dapat memiliki efek yang sangat signifikan terhadap risiko patah getas pada komponen yang dilas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mematuhi persyaratan ASME B31.1, yang baru-baru ini diubah untuk menawarkan fleksibilitas yang lebih besar untuk perlakuan panas pasca pengelasan untuk bahan pipa. PWHT sekarang dapat dikesampingkan untuk ketebalan dinding baja karbon P-No 1 sebesar 19mm atau lebih tebal ketika pengelasan multi-lintasan dengan pemanasan awal minimum digunakan, mirip dengan persyaratan dalam kode dan standar lain seperti British Codes of Practice. Sayangnya, analisis mekanika fraktur yang mendetail menunjukkan bahwa tidak diperlukannya PWHT untuk pengelasan yang lebih tebal akan meningkatkan risiko tegangan sisa yang mendekati level luluh yang meningkatkan kerentanan terhadap kegagalan dan dapat berkontribusi pada kegagalan getas.

PWHT melibatkan perlakuan terhadap logam las untuk mengurangi ketegangan dan melembutkannya, membuat las lebih tahan terhadap kerusakan korosi dan bentuk kerusakan lainnya, sehingga meningkatkan tingkat keamanan dalam sistem perpipaan listrik.

ASME B31.1 juga menetapkan pemeriksaan lasan dan komponen sebelum digunakan, dengan menggunakan metode pengujian tidak rusak seperti radiografi atau uji ultrasonik. Hasil pengujian tersebut harus didokumentasikan untuk referensi di masa mendatang dan dapat membantu menunjukkan kepatuhan terhadap standar ASME B31.1 serta mengidentifikasi masalah apa pun dalam sistem Anda.